Minggu, 17 Juli 2011

NASIAHAT 29

Jangan Sampai Anda Melalaikan Shalat Karena Suatu Urusan


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." [QS. al-Nisaa: 104]

Dari hadits-hadits Rasulullah, kita juga telah mengetahui bahwa shalat yang dikerjakan tepat pada waktunya merupakan amal yang paling mulia. Oleh karena itu, shalat tidak boleh ditunda-tunda. Adakah hal yang menggugurkan kewajiban shalat jika memang sudah datang waktunya? Adakah amal yang lebih penting dari shalat? Apakah shalat bisa ditunda karena main-main yang hanya mendatangkan kenikmatan sesaat bagi seseorang, tetapi setelah itu hanya akan menyisakan penyesalan? Apakah Anda akan menunda shalat hanya karena bekerja untuk menumpuk-numpuk harta?

Sesungguhnya waktu shalat itu terbatas. Sementara seseorang bisa membuang waktu yang tidak terhitung jumlahnya, baik siang maupun malam, tanpa faedah apa-apa. Bagaimanapun sibuknya orang yang sedang bekerja, ia akan senantiasa menyempatkan waktu untuk pergi ke kamar kecil. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu yang sangat lama di kamar kecil tersebut; lebih lama dari waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan shalat fardhu. Bagaimana seseorang bisa menganggap waktu shalat sebagai waktu yang terbuang sia-sia, padahal shalat adalah kesempatan untuk memperbarui semangat, memantapkan hati dan mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala sampai ia menyelesaikan pekerjaannya dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Dengan begitu, saat-saat yang digunakan orang yang bekerja untuk mengerjakan shalat pada hakikatnya menguntungkan pekerjaan itu sendiri dan menjadikan semuanya lebih jelas jika ia mengetahui bahwa shalat tersebut membawa dampak positif bagi orang yang mengerjakannya dan produktifitasnya. Selain itu, shalat juga mendatangkan manfaat yang begitu besar sepanjang hari karena bisa membuat orang lebih produktif sepanjang hari sampai malam hari.

Lebih-lebih Allah adalah Dzat yang mencukupi rezeki seluruh umat manusia. Setiap muslim pasti mengetahui bahwa rezeki itu ada dalam kekuasaan Allah, Dzat yang Anda hadapi saat Anda mengerjakan shalat.

Seandainya saja orang yang bekerja dalam sebuah pabrik sedang dipanggil oleh pemilik pabrik tersebut untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan kondisi pekerjaanya, sementara bosnya tersebut adalah orang yang lebih berpengalaman tentang masalah pabrik dan kebaikannya, kemudian ia tidak mau memenuhi panggilan tersebut, tetapi malah sibuk dengan pekerjaannya, padahal dia mengetahui bahwa bosnya tersebut bisa saja memberi penghargaan kepadanya atau menghukumnya...benarkah tindakan tersebut?

Ini adalah contoh untuk sekadar menjelaskan. Dan Allah tentunya lebih agung, lebih mulia dan lebih ideal dari segala sesuatu.

Allah telah mengingatkan para hamba-Nya agar tidak lalai dengan kewajibannya karena terlalu sibuk untuk mengumpulkan harta atau yang sejenisnya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." [QS. al-Munaafiquun: 9]

Allah juga telah menjelaskan bahwa rezeki itu dalam kekuasaan Allah,

"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." [QS. al-Dzaariyaat: 58]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,

"Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." [QS. Thaahaa: 132]

Dan berfirman lagi,

"Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." [QS. Ali Imran: 37]

Kemudian berfirman,

""Dan Allah adalah sebaik-baik Pemeberi rezeki." [QS. al-Jumu'ah: 11]

Dan berfirman lagi,

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." [QS. al-Thalaq: 2-3]

Allah juga telah memuji orang-orang yang mau mengerjakan shalat dan tidak sibuk dengan harta atau dagangan. Dalam hal itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan membayarkan zakat." [QS. al-Nuur: 37-38]

Barangsiapa mau melakuakan hal itu, maka rezekinya akan terus bertambah dan tidak pernah berkurang sedikitpun, sebagaimana firman Allah,

"(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." [QS. al-Nuur: 38]


WILS LOVER 17072011- 01.17 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar