Senin, 23 Mei 2011


L O L A  &  T H Y A

Hari ini adalah hari ulang tahun salah satu sahabatku. Namanya Lola. Lola bukan hanya sekedar teman atau sahabat bagiku. Lola, lebih dari sejkedar itu. Dia lebih dari sekedar sahabat. Dia lebih seperti saudara untukku, juga aku untuknya. Aku sayang padanya seperti aku menyayangi saudara kandungku sendiri. Meskipun aku baru mengenalnya ketika aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Lola teman sebangkuku. Dan tak disangka juga, pada waktu berikutnya kami tidak hanya menjadi teman semeja di kelas tapi juga homemate. Saat semester dua kelas tiga kami memutuskan untuk ngekos. Tujuannya adalah agar kami bisa lebih fokus untuk menghadapi UAN yang tidak lama lagi segera menjumpai kami. Jadilah kami sebagai homemate walau hanya sebentar, tidak lebih dari lima bulan.

Sebenarnya yang ngekos itu Lola, aku awalnya hanya menginap saja di situ karena Lola sendirian. Aku hanya menemaninya. Eh nggak taunya keterusan..

Hari ini aku sudah menelponnya sebanyak tiga kali tapi selalu mailbox. Aku juga menelpon sekali ke nomornya yang satunya lagi yang aku tahu jelas itu nomor suaminya tapi dia sering juga menelponku pake nomor itu jadi, kupikir tidak ada salahnya mencoba ke nomor itu dan berharap suara Lola yang kudengar. Tapi sayang sekali salam terucap dengan sopan dari suara seorang lelaki. Suami Lola pasti. Dia bilang, "Lola di rumah Moy, telpon saja ke nomornya. Amoy punya kan nomor Lola?" Tentu saja aku punya jawabku dalam hati. Aku segan dan meminta maaf kemudian menutup telepon.

Aku selalu segan bicara denga lelaki apalagi yang belum aku kenal. Yup, aku tidak kenal siapa suami Lola. Aku hanya tau namanya saja. Belum pernah bertemu sekalipun jua. Atau sekedar melihat fotonya.

Sejak tamat SMA aku hanya beberapa kali bertemu Lola. Kami sama-sama sibuk mengadu nasib. Dan aku juga terlambat dapat informasi tentang pernikahannya yang memang hanya di gelar sangat sederhana. Akad nikahnya di kampung tempat tinggal kami sedang pestanya di tempat tinggal suaminya. Hanya sedikit saja diantara teman-teman yang tahu kabar ini. Dan aku..

Aku mendapat kabar dari salah satu teman SMA dulu. Dia bilang Lola sudah tunangan. Aku kaget. Rasanya tidak mungkin sekali Lola menikah muda. Itu benar-benar berbeda dengan yang dicita-citakan Lola dulu. Aku tidak percaya dengan berita itu. Ragu lebih tepatnya. Ingin memastikannya aku tidak tahu harus bertanya pada siapa. Satu-satunya akses kami saling berhubungan selama ini adalah lewat telepon. Namun, sudah beebrapa bulan ini hubungan kami terputus karena aku kehilangan handphoneku bersama'an dengan nomor Lola di dalamnya. Aku tidak mencatatnya di tempat lain dan tidak pula hapal nomor tersebut. Jadi kami misscommunication..

Suatu hari tidak lama sejak aku menerima berita dia telah bertunangan itu handphoneku bergetar. Terdengar musik klasik sebagai nada dering dari handphone murahanku itu. Kutatap layarnya, nomor tanpa nama. Dengan setengah bingung ku jawab juga akhirnya telpon itu sebelum mati.

Baru saja suara di seberang itu menjawab salamku aku sudah langsung bisa menebak siapa pemilik suara milik itu. "Lola!" Seruku agak terpekik karena saking senangnya. Kemudian kami larut dalam obrolan yang mungkin tidak akan rela untuk dihentikan oleh apa pun. Tiba-tiba aku teringat akan telepon dari teman SMA yang mengatakan Lola sudah tunangan waktu itu. Spontan aku menanyakan itu pada Lola dan memastikan padanya bahwa itu tidak benar kan...? Aku sangat yakin dengan pemikiranku.

Jawaban Lola sama sekali berbeda. Sepertiya dia tidak ingin membiarkanku menang. Pemikiranku meleset. Lola bilang berita itu benar adanya. Aku membeku. Dia mulai menjelaskan semuanya. Penjelasannya membuatku makin membeku. Aku tidak lagi merasa sedang duduk. Aku seperti melayang. Tak tau kemana tapi yang pasti aku merasa sedang mengawang. Setelah kuperhatikan lebih seksama, ternyata aku masih duduk, tidak melayang keman-mana.

Aku mengumpulkan kesadaranku. Aku mencoba rileks tapi tidak berhasil. Sebuah kalimat keramat meloncat dari bibir mungil Lola. Kalimat Lola itu seperti bola bekel yang memaksa masuk keliang telingaku. Sakit sekali. Aku berusaha menolaknya tapi bola bekel itu berhasil masuk terantuk-antuk dan memantul-mantul di sepanjang genderang telingaku. Bergaung-gaung sampai ke otak. Otakku tak mampu mencerna informasi yang baru saja diterimanya itu. Sehingga otakku tidak tahu harus memerintahkan apa pada diriku? Aku seperti patung es. Diam membeku. Beberapa saat aku seperti itu.

"Amoy.."
"Moy.. masih di situ kan?"
"Maafin La ya Moy"

Aku tersentak. Patung es itu telah pecah dan berserakan di lantai. Sekarang aku telah sadar. Perlahan aku mulai menguasai diriku dan mencoba untuk memahami apa yang baru saja kudengar. Lola bilang dia sudah berusaha untuk mencari tahu nomorku tapi tidak berhasil. Sedang dia tidak mengadakan pesta yang butuh persiapan panjang. Pernikahannya terjadi begitu saja. Sederhana dan singkat saja katanya. Tidak tahu mengapa saat lelaki itu melamarnya dia langsung merasa cocok dan itulah pasangan jiwanya meski dia baru mengenal lelaki itu. Satu hal yang dipastikannya adalah; lelaki itu serius padanya.

Sejak dia mengatakan ia, semuanya tiba-tiba berjalan begitu cepat dan sekarang dia sudah menjadi istri lelaki tersebut.

Telepon itu tahun 2009. Telepon Lola itu terjadi tiga tahun lalu.
Setahun kemudian..

Maret 2010 lalu tepatnya pada tanggal 13 putri pertama mererka lahir. Cantik seperti Lola. Lola memintaku menamai putrinya itu. Aku merasa senang sekali dengan permintaannya itu. Jadilah aku sibuk memikirkan dan mencari tentang referensi nama-nama bayi. Lola minta nama untuk anaknya harus islami namun tidak terdengar jadul. Dan harus memasukkan kata 'Lose' didalam nama itu. Lose adalah singkatan dari nama Lola dan suaminya. Oh ya satu lagi, nama itu harus unik dan jarang terdengar alias tidak pasaran.

Dengan semangat empat lima akhirnya aku berhasil merancang beberapa nama. Tak tanggung-tanggung, jumlah semuanya ada 13 nama pas pula dengan tanggal kelahiran anak itu dan itu tidak disengaja, benar-benar satu kebetulan saja.

Aku menyuruh Lola yang memilih nama mana yang disukainya diantara ketiga belas nama tersebut. Dan pilihannya jatuh pada salah satu nama. Nama itu nama terakhir. Nama itu nama nomor 13. Suatu kebetulan lagi ^_^

Bayi perempuan itu sekarang memiliki nama yang Alhamdulillah hasil karyaku dalam merangkai nama-nama. Nama yang dipilih Lola adalah: RIZQUITA FATHIYAH LOSE. Artinya rizki kami yang pertama (yang pembukaan).

Kami memanggilnya Fathiyah, sedang aku lebih nyaman memanggilnya dengan Thya saja. Aku merasa telah menjadi ibu. Rasanya aku sendiri yang telah melahirkan Thya. Aku sering mencandai Lola. Setiap kali mengakhiri pembicaraan kami di telepon, aku selalu berpesan begini, "jaga anakku dengan baik ya.. awas lho, jangan coba-coba mencubitnya,"  ancamku geli.. Lola hanya terbahak mendengarnya. Kalau aku mendengar suara Thya lagi nangis aku menghiburnya dengan mengatakan, "tenang ya Nak, yang sabar. Tahan dulu sebentar. Untuk sementara ini tinggal dengan ibu tiri dulu ya..nanti Bunda datang.." Kataku. Kali ini Lola terbahak lebih keras. Aku selalu mengolok kalau aku ini ibu kandung Thya dan Lola itu ibu tirinya hehehe.. Dan kebetulan pula Fathiyah kami ajarkan memanggilku bunda, jadi sangat cocoklah..

Hari ini, tanggal 23 Mei 2011. Lola berulang tahun yang ke 23. Aku belum memberi selamat padanya dan seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan pernah ada ucapan selamat. Lola cukup paham dan mengerti sebabnya.

Aku berprinsip mengucapkan selamat ulang tahun itu kurang baik karena tidak disyari'at oleh baginda Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Itu bukan ajaran islam tapi budaya orang nashrani dan nonmuslim lainnya.

Tulisan ini aku post untuk mengingatkan betapa aku rindu pada Lola. Sudah lama kami tidak bersua muka. Mudah-mudahan rencana kami untuk bertemu lebaran tahun ini tidak ada halangan dan bisa terlaksa dengan mulus. Semoga kami dapat rezeki lebih dari Ar Razzaq tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, amin.

Lola, my longing for you n for my kid ^_^ :P


WILS LOVER 23052011 16:13 WIB

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar