Rabu, 25 Mei 2011

R I S A U




Beberapa hari belakangan ini sungguh membuatku resah. Sepertinya kesulitan tak mau berhenti menghampiriku selama lebih kurang tiga tahun ini. Aku membuat kesalahan di awal, maka hingga saat aku terus melakukan kesalahan untuk melindungi kesalahanku yang sebelumnya hingga terkumpullah banyak kesalahan.


Kesalahan-kesalahan itu kini telah menggunung atau lebih tepatnya bergunung-gunung. Ruang di hatiku tak muat lagi menampungnya, aku kewalahan. Bingung. Akan kusimpan kemanakah kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa ini agar tidak ketahuan oleh orang lain?


Ya Nashir, tolonglah aku. Ya Allah ya Sami'i dengarlah do'aku..


Adikku telah lulus UAN. Aku gembira sekali mendengarnya. Tapi ternyata, selain bahagia aku juga cemas. Cemas sekali. Dia tentu ingin kuliah. Bagaimana jika dia ingin bergabung denganku? Atau kalau tidak kuliah, dia tetap ingin ke tempatku untuk mencari pekerjaan. Aku harus bagaimana? Ya Allah, aku takut..


Keluargaku hanya tahu aku tinggal di kota Pekanbaru. Aku kuliah di sana, itu yang mereka tahu. Mereka tidak pernah tahu bahwa sudah sebelas bulan aku tidak di Pekanbaru lagi. Aku tidak kuliah lagi. Bagaimana caraku menjelaskan ini pada mereka? Ya Allah, berilah aku petunjuk..


Mereka mengira kuliahku telah berada di tingkat tiga sekarang. Padahal tidak sama sekali. Aku tidak kuliah. Aku bukan mahasiswa. Aku telah gagal. Bagaimana aku menjelaskan ini pada mereka?


Aku bilang aku kerja sebagai guru private untuk anak SD padahal bukan itu yang aku kerjakan. Aku tidak bekerja sebagai guru private, tidak. Bagaimana caranya aku bisa menjelaskan pada mereka yang sebenarnya?


Aku bingung, aku sedih.. kalut..


Adikku minta didaftarkan di universitas yang sama denganku. Bagaimana caraku menjelaskan padanya kalau aku bukan mahasiswa kampus itu? Apa reaksinya nanti? Reaksi Mama? Uda? dan lainnya???


Aku tak tahu harus bagaimana lagi.. Ya Allah, tolonglah aku


Saat di telepon beberapa hari yang lalu, Teta bilang Mama minta aku pulang. Sebentar saja, seminggu saja cukuplah, atau kalau nggak Mama yang ke tempatmu. Begitu katanya. Apa yang harus ku katakan pada Teta dan Mama. Aku bingung.


Mama pasti rindu sekali padaku, akupun begitu, teramat merindukannya. Lebaran kemaren aku tidak pulang, aku tidak punya uang untuk ongkos. Aku bilang pada mereka aku ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan. Aku berbohong lagi.


Bagaimana kalau ternyata Mama nekat datang ke Pekanbaru? Padahal aku sudah tak di kota itu lagi. Bagaimana? 


Dua hari yang lalu salah sahabatku menelepon, mengabarkan hari pernikahannya. Dia ingin aku datang. Tapi aku berada di tempat yang jauh sekali, ongkos pulang sangatlah mahal bagiku, sehingga lebaran saja aku tidak pulang. Bagaimana aku minta maaf pada sahbatku ini. Dan dia bukanlah sahabat yang pertama yang aku kecewakan.


Saat aku sedang sakit. Aku butuh uang untuk berobat, sementara uangku hanya cukup untuk tempat tinggal dan makan, susah sekali menyisihkan untuk keperluan lain apalagi untuk di tabung. Aku benar-benar bingung. Aku tidak ingin orang lain tahu betapa sulitnya hidup yang aku jalani. Meskipun orang lain itu keluargaku sendiri. 


Keluargalah itulah orang-orang yang paling utama dalam daftar orang-orang yang tidak boleh mengetahiu kondisiku yang sesungguhnya. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Aku tidak ingin menyusahkan mereka dengan menjadi beban mereka terus menerus. Biarlah ini aku jalani seorang diri saja. Biarlah aku saja yang susah.


Innallaha sami'u du'aa..


Ya Nashir, tolonglah aku yang banyak dosa ini. Kabulkan do'aku ya Mujiib..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar